[hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian lima),- Hambar. Aku iba padanya. Tetapi sebagaimana yang
biasa aku lakukan, kini aku berpura nikmat, seakan aku meraih orgasme. Dan
suamiku demikian bernafsu memompakan kontol kecilnya hingga spermanya muncrat.
Malam itu dia tidur dengan penuh damai dan senyuman. Sementara aku tetap
gelisah, terganggu pikiran dan bayang-bayang Mas Tomi. Besoknya, secepat
suamiku pergi ke penataran aku sudah tak sabar menunggu pintu. Aku ingin ada
perkosaan kembali. Ah, aku benar-benar khianat sekarang. Aku benar-benar
kehilangan harkatku. Aku benar-benar bukan lagi diriku sebagaimana yang orang
kenal selama ini. Aku adalah istri yang selingkuh, adalah perempuan
penyeleweng.
Ketika 30 menit berlalu dan pintu tak ada yang mengetuk, aku
nekad. Kuputar telepon kamar Mas Tomi. Dia nggak cepat mengangkatnya. Aku mulai
kesal. Ah, akhirnya Mas Tomi bicara. “Maafin aku sayang, baru selesai mandi,
nih. Tadi malam sampai jam 11 malam. Maklumlah ada kerjaan susulan aku mesti
buat laporan?!”. “Bagaimana kalau aku yang ke kamarmu?” Gila, aku sudah
sedemikian nekadnya. “Boleh, ayo, biar aku bukain pintu. Kamu langsung masuk
sebelum ada orang lain lihat, OK?”. Aku cepat merapikan pakaianku kemudian
dengan cepat bergegas ke kamarnya. Benar, dia barusan mandi. Handuknya masih
melilit di tubuhnya.
Kuperhatikan dadanya yang bidang dan bersih. Ah, kenapa aku
nggak pernah memperhatikan benar selama 2 hari ini. Bukankah dia sangat
sensual. Mungkin karena kepanikanku yang selalu mengiringiku saat jumpa dan
bersama dia. Kami langsung saling berpelukan dan melumat bertukar lidah dan
ludah. Aku merasa diriku menjadi sangat agresif dan nggak pakai malu-malu lagi.
Dengan cara seloroh, kukait ikatan handuknya hingga lepas ke lantai.
Selintas
tampak pemandangan yang sangat erotis di cermin besar kamar Mas Tomi. Aku yang
berbusana serba tertutup lengkap dengan kaca mata dan kerudung di kepala sedang
berpelukan dengan lelaki yang bukan suamiku yang dalam keadaan telanjang bulat.
Nampak jelas jembutnya yang tebal menyentuh pusarnya. Aku mencoba tertawa dalam
pesona birahi saat mengamati kontolnya yang sudah mengkilat dan tegak ngaceng
itu. Mas Tomi tertawa pula sambil menggapai tanganku dan diarahkan untuk
meremasi kontol itu, “Ayolah, sayang, pegang. Pegang saja, enak, lho. Nah,
achh.. Enak banget tanganmu sayang..” dan dengan sedikit merinding aku mencoba
menggenggamnya. Aneh dan gila dan tak pernah mimpi bahwa aku akan secara
agresif akan meraih kontol lelaki yang bukan suamiku ini. Dan tiba-tiba Mas
Tomi menekan bahuku. Dia menyuruh aku untuk jongkok, “Pandangilah, sayang.
Kontolku ini milikmu. Pandangilah. Indah sekali lho, ayo.
Pandangilah milikmu ini”, tekanannya itu sesungguhnya
merupakan sebagian dari harapan dan keinginan nafsuku kini. Aku berjongkok pada
lututku hingga kontolnya tepat berada tepat di depan wajahku. “Eluslah, dia
akan semakin tegak dan membesar. Indah, kan..?”. Ah, aku mulai kesetanan
menyaksikannya. Ini merupakan sensasi lagi bagiku. Dan tangan Mas Tomi tak
henti. Dia meraih kepalaku yang seutuhnya masih berkerudung dan menariknya
untuk mendekatkan wajahku ke kontolnya itu. Aku tersihir. Aku pasrah dengan
tangannya yang mengendalikan kepalaku hingga kontol itu menyentuh wajahku,
menyentuh hidungku. Kilatannya seakan memanas dan mengepulkan aroma. Aku
mencium sesuatu yang sangat merangsang sanubariku. Bau kontol itu menyergap
hidungku. Tangan Mas Tomi tak juga henti. “Cium saja, ini punyamu, kok.
Ciumlah. Ayoo, ciumlah”. Ah, untuk kesekian kali aku ikut saja maunya. Ah,
kontol itu menyentuh bibirku. “Ayo, cium, nggak apa-apa. Ayoo, sayang. Ciumlah.
Ayoo..” Aku merem saat mulutku sedikit menganga menerima ujung mengkilat-kilat
itu, sementara dorongan tangannya membuat gigiku akhirnya tersentuh ujung itu.
“Ayoo, sayang..”. Dan aku, dan mulutku, dan lidahku, dan hatiku, dan
sanubariku, dan akuu..
Akhirnya menerima kontol Mas Tomi menembusi bibirku,
menyeruaki mulutku. Aku menerima terpaan getar nikmat yang membuat tubuhku
merinding dan menggelinjang. Aku didorong oleh kekuatan macam apa ini, saat aku
menerima adanya norma baru, yang selama ini merupakan sangat tabu bagiku, dan
sangat menjijikkan bagi penalaranku. Bahkan aku menerima dengan sepenuh hasrat
dan nafsu birahiku. Aa.. Aku.. aku.. Mulai mencium dan melumat kontol Mas Tomi..
“Ah, sayang, kamu nampak begitu indah, sayangg.. Indah sekali, sayang.. Sangat
indah, sayang.. Indah banget sayang..”, Mas Tomi meracau tidak menyembunyikan
kenikmatan libido erotisnya saat melihati aku mengulum dan menjilati kontolnya.
“Terus, sayang.. Terus.. Enak sekali, sayang.. Teruss..”.
Dan aku menunjukkan gerakan melumat dan menjilat secara sangat intens.
Terkadang aku cabut kontol itu untuk aku lumati batangnya yang penuh belukar
otot-otot. Tanganku tak bisa lagi diam. Sementara tangan kananku menyangga
kontolnya dan mengedalikan kemana mauku, tangan kiriku mengelusi bijih pelirnya
dan sesekali naik meraupi jembutnya yang sangat tebal itu. Duh.. Aku menemukan
keindahan, erotisme dan pesona birahi yang tak bisa kuungkapkan dalam
kata-kata. Aku hanya bisa tangkap dengan hirupan hidungku, dengan rasa asin di
lidahku, dengan keras-keras kenyal dalam genggamanku, dengan nafas memburuku.
Aku benar-benar larut dalam pesona dahsyat ini. Dan ketika aku rasakan Mas
Tomi mulai menggoyangkan pantatnya menyanggamai mulutku, dan
ketika kudengar dia mulai benar-benar merintih dan mendesah yang membuat aku
semakin terbakar oleh libidoku yang memang telah menyala-nyala aku menyadari
bahwa macam nikmat birahi itu demikian banyaknya. Aku nggak pernah merasakan
macam ini sebelumnya. Membayangkan saja aku tabu dan jijik. Dan ketika kini aku
justru begitu intens melakukannya, tiba-tiba hadir begitu saja keinginanku
untuk mempersembahkan kenikmatan yang hebat bagi lelaki bukan suamiku ini. Aku
akan biarkan apabila dia menghendaki memuncratkan air maninya ke mulutku. Aku
pengin merasakan, bagaimana semprotan hangatnya menyiram langit-langit mulutku.
Aku pengin merasakan rasa pejuh dan spermanya di lidahku. Aku pengin merasakan
bagaimana berkedutnya kontol Mas Tomi dalam mulutku saat spermanya terpompa
keluar dari kontolnya. Dan saat goyangan maju mundur pantatnya makin
mengencang, tangannya mulai dengan benar-benar membuat kulit kepalaku pedih
karena jambakan dan remasannya karena menahan nikmat tak terperikan dari
kuluman dan jilatanku, aku sudah benar-benar menunggu kesempatan itu.
Aku sendiri melenguh dan merintih dalam penantian itu. Dan
dengan iringan teriakan histerisnya yang keluar terbata-bata dari mulut Mas
Tomi, akhirnya sebuah kedutan besar menggoncang rongga mulutku. Cairan kental
panas luber menyiprat dan menyemprot-nyemprot langit-langit mulutku. Tak
henti-hentinya. Entah 7 atau 8 kedutan yang selalu diikuti dengan semprotan air
mani hangat. Mulutku langsung penuh. Terlintas kembali rasa jijik. Aku ingin
muntahkan apabila kedutan itu habis. Tetapi ternyata itu lain dengan apa yang
terlintas dalam benak, nafsu dan tingkah Mas Tomi. Tangannya meraih dan menekan
kepalaku untuk lebih menghunjamkam kontolnya hingga menyentuh tenggorokanku.
Dan pada saat yang bersamaan dengan penuhnya air mani di mulutku, tangannya
dengan kuat membekap hidungku. Sungguh kasar dan sadis. Seperti
saat seseorang mencekoki jamu pada anaknya, aku dipaksanya menelan semua air
mani yang tumpah dalam mulutku. Aku gelagapan dan hanya punya satu pilihan agar
tidak tersedak. Kutelan semua cairan kentalnya. Uhh.. uh.. uh.. Mas Tomi.. Kamu
gila benar sih.. Sesudah yakin semua air maninya telah tertelan dan mengaliri
tenggorokanku dia lepaskan bekapan hidungku. Aku langsung menarik nafas
panjang. Aku pandangi dia. Aku heran dengan perilaku kasarnya itu. Dia menyadari
betapa pandangan heranku, “Maaf, sus, aku jadi kasar, aku nggak mampu menahan
nafsuku.. Aku sangat ingin menyaksikan sus yang cantiknya dari ujung kepala
hingga ujung kaki menelani air maniku. Maafin saya, ya, sus. Sayang..”, aku
melihati matanya dan mengangguk kecil. Sesungguhnyalah aku tak begitu kecewa.
Bahkan aku merasakan, betapa air mani itu juga sangat nikmat rasanya.
Rasanya mengingatkan pada kelapa muda yang sangat muda.
Kukatakan padanya apa yang kurasakan. “Yaa.. memang, air mani itu, khan,
hormon, bersih dan sehat. Air mani itu protein juga”, katanya. Aku percaya akan
pengetahuannya. Aku bisa ketagihan, nih. Mungkinkah aku minum sperma suamiku?
Ah, jangan, nanti dia malahan curiga, dari mana aku belajar macam ini? Bercumbu
di kamar Mas Tomi memberikan rasa lebih aman dan tenang bagiku. Aku nggak
merasa diburu waktu atau khawatir sewaktu-waktu suamiku muncul di pintu. Sampai
jam 11.40 kami terus menerus saling mencumbu. Pada akhir percumbuan tadi Mas
Tomi menunjukkan padaku bagaimana tampilan kontolnya saat ejakulasi. Menjelang
muncrat sesudah gencar memompa kemaluanku dia cabut kontolnya. Dengan
mengarahkan ujungnya ke mukaku dia kocok dengan tangannya kontolnya. Aku
perhatikan bagaimana kontol itu semakin membengkak dan sangat mengkilat-kilat
kepalanya. Aku menyiapkan wajahku untuk menerima terpaan semprotan air maninya.
Kusaksikan bagaimana batang itu menganguk-angguk setiap semprotan itu muncrat
keluar. Dan aku rasakan sangat sensasional saat dia muntahkan air maninya
menyemproti mukaku, rambutku, kaca mataku dan membasahi bagian tubuhku lainnya.
Aku kembali ke kamarku dan mandi untuk menunggu suamiku dari penatarannya. Aku
panggil pelayan hotel untuk mencuci semua pakaianku yang bekas aku pakai
bersama Mas Tomi. Siang itu suamiku kembali mengajak aku makan di restoran.
Suamiku memberi tahu bahwa besok merupakan hari terakhir
penataran yang akan selesai dan ditutup pada siang hari. Suamiku bilang akan
langsung pulang untuk mengejar sore harinya sudah sampai di rumah. Rencana hari
ini penataran akan berhenti jam 3 sore. Rombongan suamiku telah menyiapkan bus
AC untuk bersama-sama melihat Keraton Yogya. Kemungkinan rombongan yang
didalamnya ada Pak Gubernur Jawa Tengah akan disambut langsung oleh Sultan
Yogya. Aku diminta untuk bersiap-siap menyertai dan mendampingi Ibu Gubernur.
Aku tanyakan tepatnya waktu, suamiku menjawab jam 3.20 tepat rombongan
akan
meninggalkan hotel. Aku boleh bersiap-siap hingga menjelang jam 3 sore itu.
Mungkin suamiku tidak akan naik ke kamar, jadi aku diharapkan telah berada di
lobby pada jam tersebut. Terus terang aku tidak “happy” dengan rencana itu.
Bukankah berasyik masyuk dengan Mas Tomi akan jauh lebih mengasyikkan?! Tetapi
aku tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
Begitu suamiku kembali ke ruang
penataran, aku menelpon Mas Tomi dari lobby dan kusampaikan programku sore ini.
Dia menunggu aku di kamarnya. Kami sepakat untuk memuas-muaskan diri sampai jam
2.30. Aku sudah perhitungkan dalam 15 menit aku bisa merapikan diri dengan
busana santai, sekedar jeans dan blus yang praktis, dan turun ke lobby 10 menit sebelum waktunya. Baca Berikutnya [hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian ahir)