
Aku sudah mulai berselingkuh sebelum perselingkuhan itu di
mulai. Aku telah benar-benar runtuh. Aku bukakan pintu untuk Mas Tomi. Rasa
harga diriku yang masih tersisa mendramatisir keadaanku. Aku bertindak seakan
menolak saat Mas Tomi menggendong aku dari ambang pintu ke peraduanku.
Tetapi segala ocehanku langsung bungkam saat bibirnya melumat bibirku. Segala tolakan tanganku langsung luruh saat tangannya memilin pentil-pentilku. Segala hindar dan elak tubuhku langsung sirna saat pelukan tangannya yang kekar merabai pinggul dan bokongku. Dan segala keinginan untuk “Tidak!” langsung musnah saat kombinasi lumatan di bibir, pelukan di pinggul, rabaan pada pantatku merangsek dengan sertaan nafasnya yang memburu. Aku aktip menunggu Mas Tomi melahapku. Dia mengulangi awal yang seperti kemarin, merangkul dan memulai dari belakang punggungku, memelukku kemudian menjilati kudukku. Aku meronta bukan untuk melawan, tetapi meronta karena menerima kenikmatan. Aku menengokkan leherku hingga bisa meraih wajahnya.
Kulumati bibirnya. Dan seperti kemarin, setelah menyingkap
busana yang menutup bokongku hingga paha dan memekku terpampang, tahu-tahu
kontolnya sudah telanjang menyelip dari celah celana dalamku, siap berada di
gerbang kemaluanku. Sambil kami saling melumat dia mendorongkan kontolnya, aku
mendorongkan memekku menjemputnya. Saat akhirnya.. Blezzhh.. Kami langsung
saling merintih dan berdesahan. Itulah simponi birahi di kamar Hotel Melia di
lantai 5 di pagi hari ini, sementara itu, mungkin suamiku sedang asyik berdebat
bersama anggota teamnya di lantai 2. Sekarang gantian sayang, biar aku yang numpakin
kamu, yaa..” suara gemetar Mas Tomi nampak menahan birahinya.
Aku dibalikannya dengan tetap mempertahankan lengkungan tubuhku hingga jadi nungging dengan kepalaku bertumpu pada kasur. Sesudah sedikit dia betulkan posisiku dan kembali lebih singkapkan busana rapetku, dengan setengahberdiri dia mengangkangin aku mulai dari arah pantatku. Kontolnya dia tusukkan ke memekku.
Duh, duh, duh.. Apa lagi ini. Kenapa gatalku langsung dengan
cepat melanda memekku. Aku membayangkan bibir kemaluanku pasti dengan haus
menunggu kepala kontol gede itu. Dan aku merasakan saat ujungnya mendorong aku
hingga akhirnya amblas menghunjam ke dalamnya. Dalam hatiku aku berfikir, kok
macam anjing kawin, ya. Kemudian Mas Tomi mulai kembali memompa. Huuhh.. Jangan
lagi tanya betapa nikmatnya. Aku seperti diombang-ambingkan gelombang Lautan
Teduh. Setiap tusukkan aku sambut dengan cengkeraman memekku, dan akibatnya
saraf-saraf pekaku merangsang gelinjang nikmat birahiku. Dan saat kontolnya dia
tarik keluar, dinding kemaluanku menahan sesak hingga kembali saraf-saraf
pekaku melempar gelinjang nikmat birahi. Keluar, masuk, keluar, masuk, keluar,
masuk.. Aku semakin nggak lagi mampu menahan kegelianku. Tangan-tanganku
meremasi tepi-tepi kasur untuk menahan deraan geli-geli nikmat itu. Aku membiarkan
air liurku meleleh saat aku terus menjerit kecil dan mendesah-desah. Mataku tak
lagi nampak hitamnya. Aku lebur melayang dalam nikmatnya kontol yang keluar
masuk menembusi memekku ini. Dan saat tusukkannya makin cepat menggebu, aku
tahu, dia akan meraih orgasmenya mendahului orgasmeku.
Tetapi segala ocehanku langsung bungkam saat bibirnya melumat bibirku. Segala tolakan tanganku langsung luruh saat tangannya memilin pentil-pentilku. Segala hindar dan elak tubuhku langsung sirna saat pelukan tangannya yang kekar merabai pinggul dan bokongku. Dan segala keinginan untuk “Tidak!” langsung musnah saat kombinasi lumatan di bibir, pelukan di pinggul, rabaan pada pantatku merangsek dengan sertaan nafasnya yang memburu. Aku aktip menunggu Mas Tomi melahapku. Dia mengulangi awal yang seperti kemarin, merangkul dan memulai dari belakang punggungku, memelukku kemudian menjilati kudukku. Aku meronta bukan untuk melawan, tetapi meronta karena menerima kenikmatan. Aku menengokkan leherku hingga bisa meraih wajahnya.

Aku dibalikannya dengan tetap mempertahankan lengkungan tubuhku hingga jadi nungging dengan kepalaku bertumpu pada kasur. Sesudah sedikit dia betulkan posisiku dan kembali lebih singkapkan busana rapetku, dengan setengahberdiri dia mengangkangin aku mulai dari arah pantatku. Kontolnya dia tusukkan ke memekku.


Senggama kali ini bersambung tanpa jeda walaupun kami telah meraih orgasme-orgasme kami. Genjotan dan pompaan terus kencang dan semakin cepat. Kami dilanda histeris bersamaan. Kami berguling-guling. Mas Tomi menyeret aku ketepian ranjang. Dengan tetap berposisi nungging, Mas Tomi menembusi memekku dengan berdiri dari lantai. Kontol itu, duh.. sangat legit rasanya. Hunjamannya langsung merangsek hingga menyentuh tepian peranakanku. Ujung-ujungnya mentok menyentuhi dinding rahimku. Aku nggak tahan.. Tttooomi.. Edan, kami bersanggama tanpa putus selama lebih dari 40 menit. Aku kagum akan ketahanan Mas Tomi yang 41 tahun itu. Kontolnya tetap ngaceng dan mengkilat-kilat saat akhirnya kami istirahat sejenak. Baru kali ini secara gamblang dan jelas aku menyaksikan kontol lelaki. Selama ini aku dan suamiku selalu bersanggama dalam gelap atau remang-remang. Dan kami merasa seakan tabu untuk melihati kemaluan-kemaluan kami. Aku sendiri masih malu saat Mas Tomi melihati dan ngutik-utik kelentitku. Dan kini aku heran, kenapa demikian susah untuk tak melihati kontol Mas Tomi ini.
Aku heran, kenapa barang ini bisa menghantarkan aku pada kenikmatan yang demikian dahsyatnya. Jam 10 pagi Mas Tomi pamit. Dia bilang mesti ke kampus untuk seminar. Aku nggak akan mencegahnya. Dia akan kembali nanti jam 3 sore. Aku nggak komentar. Suamiku telepon, dia ngajak aku makan siang di restoran, dia akan menunggu aku di bawah. Sesudah aku mandi aku keluar kamar dan turun. Aku jaga agar penampilanku nampak tetap segar. Pergulatan seksual yang penuh hasrat dan nafsu birahi antara aku dan Mas Tomi yang pemerkosaku telah meninggalkan berbagai rasa pedih di selangkanganku. Setiap aku melangkah gesekan antara paha juga terasa nyeri. Aku harus bisa mengatasi ketidak nyamanan ini. Ternyata hingga jam 6 sore Mas Tomi tidak balik. Mungkin ada pekerjaan lain. Anehnya, aku merasa kesepian. Aku telah terjebak dalam nikmatnya perkosaan. Aku gelisah selama jam-jam menunggu ketukan di pintu. Aku merasa sangat didera nafsu birahiku. Aku ketagihan. Aku sangat ketagihan akan legit kontolnya. Terbayang dan seakan aku merasai kembali legit itu menyesaki memekku.

Acaranya kami makan lesehan di jalan yang demikian terkenal di dunia itu. Sepanjang jalan dan makan aku banyak melamun. Suamiku nampak prihatin. Dia tetap hanya mengira aku kurang sehat dan dilanda rasa bosan. Dia merangkuliku dengan mesra. Aku berpikir dan melayang kearah yang beda. Ah, Mas Tomi, dimana kamu. Malam itu suamiku mencumbuiku. Aku harus memberikan respon yang sebaik dan senormal mungkin. Aku merasakan betapa bedanya saat kemaluan suamiku memasuki kemaluanku. Aku tidak merasakan apa-apa. Baca Berikutnya
[hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian lima),
tunggu sampai 5 Klik
[hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian lima),
tunggu sampai 5 Klik
0 komentar:
Posting Komentar