Aku langsung cemas
saat itu suamiku menelpon, sesaat kemudian Lelaki itu tak lagi berada di
sampingku. Aku coba tengok ke kamar mandi sebelum menjawab telepon. Tidak juga kutemui,
ternyata itu telepon dari kamar di depanku, telepon dari lelaki itu. “Sus,
cepat mandi, 15 menit lagi suamimu kembali ke kamar, saatnya mereka istirahat”.
Ah, bijak juga dia.
Aku rapikan ranjang dan sepreinya, kemudian cepat mandi. Siang itu aku usul pada suamiku untuk makan di kamar saja, badanku agak nggak enak, kataku. Memang badanku agak lemes sejak aku mendapatkan orgasmeku yang bukan main dahsyatnya tadi. Aku merasakan ada kelegaan sedikit, tak ada nampak bekas-bekas ulah lelaki itu pada
bagian-bagian peka tubuhku. Saat ketemu di siang itu suamiku nampak menunjukkan sedikit prihatin padaku. Dia tahu aku dilanda rasa bosan menunggu. Dia sarankan aku jalan-jalan ke Molioboro atau tempat lainnya yang tak begitu jauh dari hotel. Aku mengangguk setuju. Ah.. Akhirnyaaku dapat ide. Menjelang jam 1 siang suamiku kembali ke ruang penataran di lantai 2, dan jam 1 lebih 5 menit lelaki itu kembali menelponku, aku nggak menjawab langsung kututup.
Aku kembali merasa ketakutan pada apa yang aku pahami selama ini. Aku tak akan melanggarnya lagi. Yang sudah, ya, sudah. Masak aku mesti sengaja mengulangi kesalahanku lagi. Tetapi tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aku curiga, lelaki itu datang lagi. Dan aku nggak tahu, kenapa aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa yang mengetuk itu, walaupun aku sudah hampir pastikan dia sang lelaki yang tak kukenal itu.
Aku rapikan ranjang dan sepreinya, kemudian cepat mandi. Siang itu aku usul pada suamiku untuk makan di kamar saja, badanku agak nggak enak, kataku. Memang badanku agak lemes sejak aku mendapatkan orgasmeku yang bukan main dahsyatnya tadi. Aku merasakan ada kelegaan sedikit, tak ada nampak bekas-bekas ulah lelaki itu pada
bagian-bagian peka tubuhku. Saat ketemu di siang itu suamiku nampak menunjukkan sedikit prihatin padaku. Dia tahu aku dilanda rasa bosan menunggu. Dia sarankan aku jalan-jalan ke Molioboro atau tempat lainnya yang tak begitu jauh dari hotel. Aku mengangguk setuju. Ah.. Akhirnyaaku dapat ide. Menjelang jam 1 siang suamiku kembali ke ruang penataran di lantai 2, dan jam 1 lebih 5 menit lelaki itu kembali menelponku, aku nggak menjawab langsung kututup.
Aku kembali merasa ketakutan pada apa yang aku pahami selama ini. Aku tak akan melanggarnya lagi. Yang sudah, ya, sudah. Masak aku mesti sengaja mengulangi kesalahanku lagi. Tetapi tiba-tiba ada ketukan di pintu. Aku curiga, lelaki itu datang lagi. Dan aku nggak tahu, kenapa aku ingin tahu. Aku ingin tahu siapa yang mengetuk itu, walaupun aku sudah hampir pastikan dia sang lelaki yang tak kukenal itu.
Kuintip dari lubang lensa kecil di pintu. Dan benar, dia lagi. Dari dalam aku teriak kasar, mau apa kamu, yang dia menyahut dengan halus. “Sebentar saja sus, aku mau bicara. Sebentar saja, sus, ayo dong, bukain pintu”, pintanya. Aku jadi ingat akan gelinjang nikmat yang aku terima darinya. Aku juga ingat betapa kontolnya tak pernah kurasakan nikmat macam itu. Aku juga ingat betapa lidahnya yang menyelusuri gatal bukit dadaku. Dan aku ingat pula betapa gigitan kecilnya pada pentilku demikian merangsang dan menggetarkan seluruh tubuhku. Kini aku lihat kembali bibir edan itu dari lubang pintu ini. Dan tanpa bisa kuhindarkan tangan kananku menggerakkan turun handle pintu ini. Dan, clek, terbuka celah sempit di ambang pintu. Dan dengan cepat, sret, tangan lelaki itu cepat menyelip di celah ambang itu.
“Sebentar, saja sus, perbolehkan aku masuk” Dia tidak menunggu ijinku. Kakinya langsung mengganjal pintu dan dengan kaki lainnya mendorong, dia masuk. Alangkah cepat setan berkontol besar ini masuk kamar?
Kembali dia memeluki aku, lantas menciumi bibirku, lantas menyingkap gaunku, lantas melepasi kutangku, lantas memerosotkan celana dalamku. Lantas mengelusi pantatku, pahaku, meremasi kemaluanku kembali, bibirnya terus melumati bibirku.Kacamataku diangkatnya. Itulah rangkaian serangannya padaku. Pada awalnya aku kembali berusaha berontak dan melawan, walaupun kali ini tidak segigih pada peristiwa pagi tadi. Dan aku yang memang bersiap untuk “keok” langsung takluk bersimpuh saat tangan ototnya meremasi wilayah peka di selangkanganku. Kali ini dia gendong aku menuju ke-ranjang dan sama-sama berguling di atasnya. Tetapi kali ini dia tidak menelanjangi aku. Dia hanya singkapkan gaunku, kemudian dia
memelukku dari arah punggungku. Dia lumati kudukku yang langsung membuat aku menjadi sedemikian merinding dan tanpa kuhindarkan tanganku jadi erat memegangi tangannya. Suatu kali ciuman di kudukku demikian membuat aku tergelinjang hingga aku menengokkan leherku untuk menyambar bibirnya. Kami saling berpagut dengan buasnya. Lelaki itu rupanya ingin menambah khasanah nikmat seksual baru padaku.


“Ayo, sayang, naik turunkan pantatmu, sayang, ayoo..” Lelaki
itu setengah memaksa aku untuk menaik turunkan pantatku dalam menerima tembusan
kontolnya dari bawah tubuhku. Dan sesungguhnya aku yang memang sangat kegatalan
menunggu sodokkan-sodokkannya ini berusaha menghilangkan rasa maluku dan
mencoba memompa. Uh.., sungguh tak terduga nikmatnya. Aku mengerang dan
merintih setengah berteriak setiap kali aku
menurunkan pantatku dan merasakan
betapa kontol gede itu meruyak di dalam rongga kemaluanku, menggeseki saraf-saraf
gatal di dalamnya. “Sayang, coba kamu duduk tegak dengan terus memompa, kamu
akan merasakan sangat nikmat. Aku jamin pasti kamu nggak mau berhenti
nantinya”, begitulah dia antara menghimbau dan memerintah aku yang dengan
tangannya mengangkat tubuhku tanpa melepaskan kontolnya dari kemaluanku. Dan
dengan aku berposisi duduk membelakangi dia dan tanganku yang bertumpu pada
dadanya, aku kembali memompa. Ah.., dia benar lagi. Ini kembali menjadi sensasi
seksualku, karena aku sekarang melihat betapa diriku nampak di cermin kamarku
dengan kerudung rambutku yang sudah awut-awutan dan demikian basah oleh
keringatku. Aku seperti main enjot-enjotan naik-turun di atas kuda-kudaan.

Sepintas ada malu pada ulahku itu. Kok, bisa-bisanya, hanya
dalam waktu satu hari aku melakukan hubungan mesum perkosaan atau
penyelewengan, entahlah, dengan lelaki yang tak kukenal ini. Dan yang terjadi
kemudian adalah genjotan naik turunku semakin cepat saja. Aku merasakan betapa
kegatalan yang sangat menguasai rongga kemaluanku. Serta dengan menyaksikan
diriku sendiri pada cermin yang tepat di mukaku, nafsu birahiku langsung
melonjak dan mendorong gelinjangku kembali mendekati orgasmeku yang kedua dalam
tempo tidak lebih dari 4 jam ini. Dan saat orgasme itu akhirnya benar-benar hadir,
aku kembali berteriak histeris mengiringi naik turunnya pantatku yang demikian
cepat. Kontol yang keluar masuk pada lubang kemaluanku nampak seperti pompa
hidrolik pada mesin lokomotif yang pernah aku lihat di
stasiun Gambir. Lelaki itu juga membantu cepatnya keluar masuk kontolnya. Aku kembali rubuh.
stasiun Gambir. Lelaki itu juga membantu cepatnya keluar masuk kontolnya. Aku kembali rubuh.

Namanya Tomi,41 tahun, asli Malang. Bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi. Minggu terakhir di setiap bulan dia berada di Yogya untuk mengikuti seminar Internsional. Aku boleh panggil Tom saja atau Tomi. Aku pikir dia adalah lelaki yang luar biasa; orang ini halus tetap bajingan walaupun aku suka caranya yang bajingan itu.
Dan aku lega saat dia mengenalkan dirinya. Aku lega karena
dia termasuk orang terpelajar dan punya identitas. Dia tidak liar. Dan dia
bilang bertanggung jawab apabila ada hal yang nggak benar padaku karena
bersanggama dengannya. Dia memberikan aku kartu nama. Aku terima dan tak kuatir
pada
suamiku, karena dia dosen yang mungkin saja aku dapatkan dari referensi
teman-temanku. Sore itu dia memberikan aku sekali lagi orgasme. Huh.. sungguh
melelahkan dan sekaligus sangat memuaskan aku. Yang paling mengesankan bagiku,
sesiang hari ini dalam 3 kali persanggamaan aku meraih 6 kali orgasme. Aku
nggak tahu lagi, bagaimana aku harus bersikap padanya.
Saat suamiku pulang, kamarku sudah kembali rapi, seakan tak ada yang terjadi. Aku sudah mandi dan dandan agar tidak menampakkan kelelahanku. Dan malam itu aku bersama suamiku kembali makan malam bersama. Di pojok ruang makan kulihat meja dengan 4 kursi yang hanya diduduki seorang, Tomi dia nampak tidak berusaha memandang aku “sungguh setan berwajah tampan”. Baca Berikutnya [hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian empat)
Saat suamiku pulang, kamarku sudah kembali rapi, seakan tak ada yang terjadi. Aku sudah mandi dan dandan agar tidak menampakkan kelelahanku. Dan malam itu aku bersama suamiku kembali makan malam bersama. Di pojok ruang makan kulihat meja dengan 4 kursi yang hanya diduduki seorang, Tomi dia nampak tidak berusaha memandang aku “sungguh setan berwajah tampan”. Baca Berikutnya [hot story] Nikmatnya Berhubungan Sex Dengan Suami Orang (bagian empat)
0 komentar:
Posting Komentar